Bacaan Injil dan Renungan Harian Katolik Minggu 23 Oktober 2022

Melalui perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai di Bait Allah, Tuhan Yesus secara tajam menyoroti bagaimana sesungguhnya kita beriman kepada TUHAN.

PEMUNGUT CUKAI, DAN DOA KITA

(Luk 18:9-14)

 

1.     Melalui perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai di Bait Allah, Tuhan Yesus secara tajam menyoroti bagaimana sesungguhnya kita beriman kepada TUHAN.

2.     Orang Farisi berdiri di depan, dan dalam doanya mengagungkan kehebatannya, amal bakti hidupnya, kesetiaannya mengikuti peraturan dan hukum Taurat, bahkan sampai membandingkan hidupnya dengan pemungut cukai yang berdoa bersamanya di Bait Allah. Doanya dimulai dan terus berisi “aku, aku”.

3.     Pemungut cukai berdiri jauh-jauh, bahkan tidak berani memandang ke langit, lalu menebah dada, sambil berdoa “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”. Apa sesungguhnya yang membedakan mereka berdua?

4.     Iman, pertama dan utama, adalah kita mengalami dan percaya pada belaskasihan Allah. Kita percaya dengan teguh bahwa Allah sungguh-sungguh mencintai kita, tanpa syarat. Karena itu pusat iman itu dari TUHAN untuk kita, bukan dari kita ke TUHAN. Pusat iman adalah TUHAN mencintai kita, bukan kita menyenangkan TUHAN.

5.     Doa gaya Farisi dikritik Tuhan Yesus karena seolah-olah doa dan hidup kita “ditukarkan” dengan berkat TUHAN, seolah-olah “kita buat, Tuhan balas”, seolah-olah tidak ada relasi cinta di dalamnya, tidak ada relasi Bapa-anak, yang selalu TUHAN katakan kepada kita.

6.     Berdoa gaya Farisi, selalu menjatuhkan kita dalam tiga tingkatan berikut. Pertama, kita mulai merasa bahwa doa dan hidup iman itu seperti kontrak, yang membuat kita menerima “bayaran” berkat TUHAN. Kedua, ketika kita merasa TUHAN yang mendengar “tidak cukup”, kita mulai mencari-cari pembenaran pada pandangan dan penilaian orang lain tentang doa dan hidup iman kita. Ketiga, kita mulai membanding-bandingkan, membuat pengkotak-kotakan atas doa-doa dan cara hidup, mana yang “benar dan salah” menurut kita, bukan menurut TUHAN. Kita lalu mulai menghakimi, merasa lebih benar.  

7.     Pemungut cukai dibenarkan Tuhan, karena pada dasarnya, kita hidup dalam segala sesuatu karena kasih Allah, karena TUHAN begitu mencintai kita. “orang berdosa” mengingatkan kita tentang beberapa kenyataan penting dari iman kita. Pertama, kita memang lemah, tidak tahan godaan, dan mudah jatuh, semua kita, tanpa kecuali. Karena itu, siapa yang sempurna, jika ukuran itu yang membuat kita diberkati? Kedua, doa dan iman, yang pertama dan utama, adalah memupuk hati untuk percaya pada KASIH ALLAH. Bahwa ketika kita berdoa, yang TUHAN berikan, yang menjawab atau tidak menjawab doa kita, adalah bukti kasih. Doa yang membuat kita sadar pada kasih Allah membebaskan kita untuk fokus pada semua berkat TUHAN, bukan hanya jawaban atas doa. Ketiga, “orang berdosa” membebaskan hati kita untuk peduli pada kekurangan orang lain dan bergembira bersama ata berkat orang lain. Orang yang tidak menyadari kekurangannya rata-rata suka menghakimi, dan sulit bergembira bersama kebahagiaan orang lain.

Katedral, 23 Oktober 2022

Rm. Valerian Karitas, Pr

LINK TERKAIT