Bacaan Injil dan Renungan Harian Katolik Minggu, 25 September 2022

Apa yang bisa kita petik dari Kisah Orang Kaya dan Lazarus? Mengapa pengalaman dikasihi dan peduli penting bagi hidup iman kita?

ADA APA DENGAN LAZARUS?

(Luk 16:19-31) 

1.       Mari kita merenungkan dua orang dalam kisah injil. Orang kaya dan Lazarus.

2.       Orang kaya digambarkan memiliki segalanya: berpakaian ungu dan kain halus, punya segalanya, makanan dan perjamuan berlimpah-ruah, mengadakan perjamuan, tapi tidak punya nama. Lazarus, tidak punya apa-apa, yang mau dia makan juga sebenarnya bukan untuk dia, alih-alih teman, yang datang malah anjing yang menjilati boroknya, tapi punya nama: Lazarus.

3.       Kenyataan hidup mereka berbalik, sejak persoalannya dimulai dari ada nama dan tidak ada nama. Sampai akhir kisah, nama orang kaya itu tetap tidak ada.

4.       Kita selalu mendengar istilah “nama besar”. Ternyata, identitas atau nama, punya dua arti penting:

a.       Ia adalah pemberian, bukti kasih persaudaraan dan kekeluargaan. Nama hanya bisa diberikan dalam kedekatan (keluarga, sahabat, dan sebagainya).

b.       Ia adalah sesuatu yang mesti diisi untuk membentuk siapa kita. Maka hidup kita, tingkah laku kita, tutur kata kita, dan sebagainya, mengisi identitas kita, memberi kita “nama”, yang membedakan kita dari yang lain, sekaligus membentuk baik atau buruknya kita.

5.       Belajar dari kisah injil, “tanpa nama” meski kaya-raya adalah ironi, sebab ketika orang berpikir posisi, jabatan dan kekayaan dapat memberimu nama, ternyata kisah ini tidak sepakat dengan itu. Nama, diberikan dalam dua hal penting, kenyataan bahwa engkau dikasihi, dan kenyataan bahwa engkau mesti peduli.

6.       Yang memberimu “nama” adalah TUHAN mengasihimu secara spesial, sehina apapun engkau dalam pandangan manusia, dan Lazarus (ibr. Eleazar), berarti Allah (telah) menolong.

7.       Yang memberimu “nama”, bukan apa yang engkau miliki, tapi sejauh mana engkau bisa jadi peduli. 


RD. Valerian Karitas

LINK TERKAIT