Kita perhatikan cara hidup dan kerja antara karyawan perusahaan dan anak dari pemilik perusahaan tersebut. Karyawan jelas bekerja sungguh-sungguh tetapi demi gaji atau karena digaji. Orientasi karyawan tetaplah kesejahteraan dirinya, karena karyawan mempunyai keluarga yang harus ditanggungnya. Karyawan bekerja baik tentu salah satu yang terpenting adalah demi upah.
Pekan Biasa XXX, Warna Liturgi Hijau
Bacaan Pertama: Roma 8:12-17
Mazmur Tanggapan: Mazmur 68:2.4.6-7.ab.20-21
Bait Pengantar Injil: Yohanes 17:17b.a
Bacaan Injil: Lukas 13:10-17
Kalian telah menerima Roh yang menjadikan kalian anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, "Abba, ya Bapa
Saudara-saudara, kita ini orang berutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab jika kalian hidup menurut daging, kalian akan mati. Tetapi jika oleh Roh kalian mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, maka kalian akan hidup. Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kalian menerima bukan roh perbudakan yang membuat kalian menjadi takut lagi, melainkan Roh yang menjadikan kalian anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ‘Abba, ya Bapa’. Roh itu memberi kesaksian bersama-sama roh kita bahwa kita ini anak Allah. Dan kalau kita ini anak, berarti juga ahliwaris, yakni ahliwaris Allah, sama seperti Kristus. Artinya jika kita menderita bersama dengan Dia, kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Ref. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan.
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran; kuduskanlah kami dalam kebenaran.
Bukankah wanita keturunan Abraham ini harus dilepaskan dari ikatannya sekalipun pada hari sabat?
Pada suatu hari Sabat Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat. Di situ ada seorang wanita yang telah delapan belas tahun dirasuk roh. Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat wanita itu dipanggil-Nyalah dia. Lalu Yesus berkata, “Hai Ibu, penyakitmu telah sembuh.” Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan, dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat itu gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Lalu ia berkata kepada orang banyak, “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya, “Hai orang-orang munafik, bukankah kalian semua melepaskan lembu dan keledaimu pada hari Sabat dan membawanya ke tempat minum? Nah, wanita ini sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis. Bukankah dia harus dilepaskan dari ikatannya itu karena dia keturunan Abraham?” Waktu Yesus berbicara demikian, semua lawan-Nya merasa malu, sedangkan orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia yang telah dilakukan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Kita perhatikan cara hidup dan kerja antara karyawan perusahaan dan anak dari pemilik perusahaan tersebut. Karyawan jelas bekerja sungguh-sungguh tetapi demi gaji atau karena digaji. Orientasi karyawan tetaplah kesejahteraan dirinya, karena karyawan mempunyai keluarga yang harus ditanggungnya. Karyawan bekerja baik tentu salah satu yang terpenting adalah demi upah.
Beda dengan anak dari pemilik perusahaan dari karyawan tersebut. Anak akan bekerja sungguh-sungguh pula karena ini "perusahaan orangtuaku." Anak sadar bahwa perusahaan itu juga miliknya, maka ia harus menjaganya, dan ia tidak memikirkan soal gaji yang akan diterimanya. Maka, jelaslah ada perbedaansikap antara karyawan dan anak itu.
Dengan baptisan yang kita terima, kita telah menerima Roh Allah. Nah, Roh Allah inilah yang menjadikan kita anak-anak Allah. Oleh Roh itu kita dapat berseru: "Abba, ya Bapa". Itulah yang ditegaskan Santo Paulus dalam bacaan pertama hari ini. Paulus ingin menyatakan bahwa kita punya status istimewa, yakni anak-anak Allah. Dan status anak-anak Allah itu memiliki implikasi yang mendalam: hubungan kita dengan Allah adalah hubungan Bapa dan anak, yang tentu saja status kita sebagai anak-anak Allah melulu karena ambil bagian dalam diri Kristus sebagai satu-satunya Anak Allah.
Tetapi karena dan dalam Kristus, kita semua menjadi anak-anak Allah yang berarti menjadi ahli waris? Bukan pertama-tama sekadar ikut menerima warisan harta, katakanlah di sini harta rohani. Itu jelas. Tetapi Santo Paulus mengatakan juga: ahli waris Allah berarti, "Jika kita menderita bersama dengan Kristus, kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia." Inilah kebahagiaan kita: kita selalu bersama Kristus, baik susah maupun senang, baik menderita maupun mulia; sebab jika kita menderita karena iman kita, kita akan turut dipermuliakan bersama Kristus di surga.
Menghayati hidup sebagai anak-anak Allah tentulah membawa konsekuensi tertentu. Justru karena kita telah dijamin oleh Allah berkat Kristus, hidup kita tidak untuk menjadi pujian sesama manusia, tidak untuk mencari upah entah dipuja-puja atau dihormati manusia. Hidup kita sudah ada yang punya: kita milik Allah Bapa sebagai anak-anak-Nya. Maka, mestinya kita hidup dalam sukacita dan penuh harapan, dan sehari-hari hanya ingin berbuat kasih.
Allah Bapa kami yang mahabaik, berkenanlah mengutus Roh-Mu mendatangi kami dan jadikanlah kami putra dan putri-Mu, yang tinggal di dunia ini dengan bebas serta penuh rasa syukur. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.