Yesus, untuk yang kedua kalinya, memberitahukan penderitaan yang harus ditanggung-Nya. Dengan mengulang sebanyak dua kali, Yesus bermaksud agar para murid-Nya segera memahami bahwa Ia sebagai Mesias memang harus menderita.
Bacaan Pertama: Za 2:1-5.10-11a
Aku, Zakharia, melayangkan mataku dan melihat: Tampak seorang yang memegang tali pengukur. Aku lalu bertanya, “Ke manakah engkau pergi?” Maka ia menjawab, “Ke Yerusalem, untuk mengukurnya, untuk melihat berapa lebar dan panjangnya.”
Lalu malaikat yang berbicara dengan daku maju ke depan. Sementara itu seorang malaikat lain maju, mendekatinya dan diberi perintah, “Larilah, katakanlah kepada orang muda di sana itu, demikian, ‘Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya. Dan Aku sendiri,’ demikianlah sabda Tuhan, ‘akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya.”
“Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion, sebab sesungguhnya Aku datang dan tinggal di tengah-tengahmu,” demikianlah sabda Tuhan, “dan pada waktu itu banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada Tuhan dan akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan tinggal di tengah-tengahmu.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan: Yer 31:10.11-12ab.13 R:10d
Tuhan menjaga kita seperti gembala menjaga kawanan dombanya.
Bait Pengantar Injil: 2Tim 1:10b
Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.
Bacaan Injil: Luk 9:43b-45
Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Renungan
Yesus, untuk yang kedua kalinya, memberitahukan penderitaan yang harus ditanggung-Nya. Dengan mengulang sebanyak dua kali, Yesus bermaksud agar para murid-Nya segera memahami bahwa Ia sebagai Mesias memang harus menderita. Pada waktu itu, Yesus masih dipandang sebagai Mesias yang akan selalu menang dan tidak akan menderita.
Kita juga mungkin seperti para murid itu. Meskipun Yesus sudah berulang kali mengatakan kepada kita bahwa “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9:23), tetapi hati kita belum siap juga untuk menerima dan bertahan dalam penderitaan karena iman kita. Bahkan, kita mungkin cenderung menghindari penderitaan dan mencari aman. Menjadi murid Yesus yang sejati pada zaman sekarang ini memang sangat tidak mudah. Apakah kita akan mundur? Tentu tidak.
Tuhan menciptakan kita dengan berbagai perlengkapan yang membuat kita bisa hidup dan kuat saat menghadapi kesulitan, seperti pikiran, hati nurani, kebebasan, dan iman. Imanlah yang selalu membuat kita tidak kehabisan energi. Kita berdayakan berbagai anugerah Tuhan itu agar lebih kuat mengikuti Kristus dan ikut memanggul salib-Nya.
Allah Yang Mahakuasa, semoga kami selalu bersyukur atas semua pemberian-Mu dalam diri kami dan mampukan kami untuk menggunakannya sebagai kekuatan dalam mengikuti Engkau. Amin.