Sidang Pastoral Post Natal Tahun Pastoral Ekologi Integral yang mengusung moto Harmonis, Pedagogis dan Sejahtera (HPS) dilaksanakan di Rumah Retret Maria Bunda Karmel, Wae Lengkas – Ruteng, dari tanggal 8 sampai 11 Januari 2024 mempertemukan semua pelayan pastoral yang ada di Keuskupan Ruteng. 85 Pastor Paroki dan Ketua DPP, bersama Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat, Vikjen, para Vikep dan Direktur serta Ketua-Ketua Komisi Pusat Pastoral (PusPas) pun telah mengeluarkan Hasil Sidang Pastoral.
KATEDRALRUTENG.ORG – Dalam dokumen setebal 9 halaman
berisi komitmen sikap bersama Hasil Sidang Pastoral Post Natal Keuskupan
Ruteng, Tahun Pastoral Ekologi Integral : Harmonis, Pedagogis dan Sejahtera
(HPS) yang ditandatangani Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, dinyatakan, dalam
spirit Episcopal Omnia in Caritate,
225 pelayan pastoral yang terdiri atas Uskup Ruteng, para anggota Kuria
Keuskupan, para Pastor Paroki dan Pastor Rekan, para utusan Dewan Pastoral
Paroki, para pimpinan lembaga serta tarekat yang berkarya di Keuskupan Ruteng,
merefleksikan tema pastoral tahun 2024 : Tahun Ekologi Integral : Harmonis,
Pedagogis dan Sejahtera (HPS).
Tema ini merupakan tema tahun kesembilan dalam konteks Sinode III Keuskupan Ruteng, setelah berjalan bersama dalam tahun Pengudusan (2016), Pewartaan (2017), Persekutuan (2018), Pelayanan (2019), Penggembalaan (2020), Tata Layanan Pastoral Kasih (2021), Pariwisata Holistik (2022) dan Ekonomi Berkelanjutan (2023).
Sesi diskusi kelompok yang dibagi per-Kevikepan dalam rangka menyusun bersama program kerja Tahun Pastoral Ekologi Integral untuk diimplementasikan di paroki-paroki dalam Keuskupan Ruteng. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Retret Maria Bunda Karmel di Wae Lengkas, Ruteng, Rabu, 10 Januari 2024. (Foto : KOMSOS KEUSKUPAN RUTENG)
Sidang Pastoral ini secara khusus
menyoroti krisis ekologi yang sedang terjadi dewasa ini, di mana lingkungan
kita sedang mengalami pencemaran yang masif, baik udara, air, laut, tanah dan
emisi karbon. Sampah, termasuk sampah pangan bertumpuk di mana-mana termasuk
terjadinya kerusakan lingkungan yang parah, seperti hutan, terumbu karang,
lahan pertanian, pantai dan lapisan ozon. Di banyak tempat terjadi kepunahan
sumber daya alam dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Peserta Sidang Pastoral juga melihat
adanya kecemasan yang nyata yakni krisis pemanasan global. Krisis ekologis
berdampak pada ketidakteraturan alam seperti banjir, kekeringan, longsor, es di
kutup mencair, gelombang panas dan angin topan. Krisis alam ini pada gilirannya
menimbulkan krisis pangan (gagal tanam dan gagal panen), krisis energi dan
krisis air. Krisis ekologi berdampak serius terhadap kelangsungan bumi dan
kehidupan manusia.
Komitmen
Menuju Gereja Ekologis
Dalam dokumen Hasil Sidang Pastoral Post Natal ini, seluruh pelayan pastoral menyatakan sikap bersama, bahwa di tengah krisis ekologi yang dahsyat, Keuskupan Ruteng berkomitmen untuk menjadi Gereja ekologis, yang membangun persekutuan umat Allah bersumber dari persekutuan Trinitas. Selain mengembangkan liturgi ekologis, yaitu perayaan perjumpaan Allah dan manusia serta seluruh alam semesta, juga mengembangkan pedagogi ekologis (pewartaan ekologis) untuk menyadarkan dan membaharui perilaku manusia yang ramah lingkungan.
Sidang Pastoral Post Natal Tahun Pastoral Ekologi Integral (HPS) selain menghadirkan sejumlah narasumber yang mengisi Hari Studi untuk mendalami materi tentang Ekologi, juga menghadirkan salah seorang pembicara lain, yakni Tensi Mandaru, Lic. yang mengulas tentang Kitab Suci Terjemahan Baru yang dimoderatori oleh RP. Yosef Masan Toron, SVD Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Ruteng dan dosen Kitab Suci di STIPAS St. Sirilus Ruteng. (Foto : KOMSOS KEUSKUPAN RUTENG)
Komitmen yang dibangun secara bersama
ini, juga dilaksanakan dengan menumbuhkembangkan diakonia ekologis, di mana
pelayanan kasih Gereja tidak hanya pada manusia yang lemah dan rentan tetapi
juga pada makhluk ciptaan yang mengalami nasib yang naas di jagat raya ini.
Diakonia ekologis melindungi dan merawat spesies yang terancam punah, tidak
hanya bersifat kuratif tetapi juga promotif dan preventif.
Selain itu, Keuskupan Ruteng juga
ingin mengembangkan spiritualitas ekologis, sebab Ekologi integral hanya dapat
terwujud melalui pertobatan ekologis dan pemabaruan gaya hidup manusia (LS
2023-208). “Kami ingin membangun pola hidup ugahari yang menggunakan alam
sejauh dibutuhkan dan tidak menggunakan alam bila hal itu tidak mutlak
diperlukan. Lebih dari itu, kami ingin melepaskan kebiasaan dan pola hidup yang
merusak alam dan sesama,” demikian bunyi salah satu poin komitmen peserta
Sidang Pastoral.
Umat
Paroki Katedral Diharapkan Berperan Aktif Menjaga Ekologi
Ketua Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Keuskupan Ruteng yang juga menjabat Ketua Rumpun Pastoral Pewartaan Paroki Katedral Ruteng, Dominicus Waso, dalam bincang-bincang dengan KATERDRALRUTENG.ORG, Senin, 15 Januari 2024, mengatakan, setelah mengikuti jalannya Sidang Pastoral Post Natal, 8-11 Januari 2024 ini, semakin meyakinkan dirinya dan semua umat di Keuskupan Ruteng, bahwa Gereja Katolik Keuskupan Ruteng telah bergerak dalam pelayanan dari seputar Altar menuju pasar, alam raya untuk menemukan sidik jari Allah sebagai lukisan huruf-huruf Allah dalam semesta.
Suasana diskusi dalam rangka menyusun secara bersama berbagai rencana implementasi yang akan dilaksanakan di paroki-paroki yang ada di Kevikepan Ruteng dalam mengisi Tahun Pastoral Ekologi Integral : Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS) dalam sesi kegiatan hari ke 3 dalam kegiatan Sidang Pastoral Keuskupan Ruteng, 8-11 Januari 2024. (Foto : KATEDRALRUTENG.ORG)
“Tema Pastoral Ekologi Integral yang HPS ini mau menegaskan kehadiran gereja di tengah pergumulan umat manusia termasuk keprihatinan mendalam mengenai ekologi, terinspirasi dari ensiklik Laudato Si dan Laudato Deum dari Paus Fransiskus. Harapan untuk umat Paroki Katedral adalah semakin berperan aktif dalam penyelamatan ekologi mulai dengan manajemen sampah rumah tangga,” kata Domi.
Selain menangani sampah rumah tangga
dan lingkungan sekitar dengan baik, lanjut Domi, umat Paroki Katedral juga
diharapkan ikut merawat hal-hal sederhana seperti menanam sayuran, buah-buahan
maupun tanaman hias. Dia juga menyoroti tentang pentingnya berperilaku hemat dalam
pemanfaatan sumber daya seperti air, listrik, makanan agar tidak memberi beban
berlebihan pada ibu bumi yang sedang terluka akibat perilaku hidup manusia. “Paroki
dapat menggalang aksi nyata seperti membersihkan sungai maupun selokan dari
sampah plastik,” tuturnya. (Jimmy
Carvallo)