Dalam Injil hari ini, Yesus mempertanyakan Sembilan orang kusta yang telah Ia sembuhkan dari sakit, tetapi tidak kembali kepada-Nya dan hanya satu orang yang kembali untuk bersujud dan bersyukur kepada-Nya. Mungkin kita seperti Sembilan orang kusta itu yang sering lupa untuk berterima kasih atas berbagai berkat yang telah Tuhan berikan kepada kita setiap hari.
The Tablet, sebuah majalah mingguan Katolik, pernah menyajikan sebuah kisah tentang seorang imam sepuh, Cyril Murtagh, yang melayani umatnya dengan sukacita sampai usianya yang kesembilan puluh dua tahun.
Dalam bacaan pertama hari ini, kita terinspirasi oleh dua janda yang sangat murah hati dan menyerahkan diri mereka kepada penyelengaraan Ilahi. Lalu, apakah yang bisa kita pelajari dari sikap janda di Sarfat itu?
Paulus mengucapkan salam kepada rekan-rekan sepelayanannya dengan cara yang unik dan luar biasa. Dia menuliskan satu per satu nama rekannya dengan segala jejak kehidupan mereka. Mereka menghayati bahwa pelayanan itu bukan sekadar rutinitas, melainkan sebagai ungkapan iman, di dalamnya membutuhkan kesetiaan.
Daya tarik dunia ini amat kuat dahsyat. Sebegitu kuatnya sehingga orang terpesona oleh berbagai hal yang ditawarkan dengan segala cara. Berhadapan dengan daya tarik demikian, kita dituntut untuk bersikap bijak agar hidup kita tidak terjerat oleh duniawi semata.
Dalam perayaan Ekaristi hari ini kita akan mendengarkan Injil Lukas Bab 15 yang pendek: ayat 1-10, yaitu perumpamaan tentang domba yang hilang (ay. 3-7) dan tentang dirham seorang perempuan yang hilang (ay.8-10). Perumpamaan itu ditujukan kepada kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat, tetapi juga berlaku bagi kita.